Harta atau kekayaan di dalam kehidupan terdapat dua hal, yaitu harta di dunia dan harta di Sorga. Tapi Yesus telah mengingatkan kita untuk jangan hanya mengumpulkan harta di dunia, karena hal itu bersifat tidak kekal/ sementara, bisa habis dan di curi oleh si pencuri. Sungguh sayang sekali jika sesuatu yang kita kerjakan dengan keras menjadi habis atau tercuri. Oleh sebab itu Yesus ingin kita mengumpulkan harta yang tidak bisa dirusak dan di curi, yaitu harta yang ada di Sorga. Yesus telah mengingatkan kepada kita untuk tidak menaruhkan pengharapan kita kepada sesuatu yang bisa dicuri atau habis, seperti kekayaan, jabatan, harta dunia (uang).
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Pilihan-pilihan yang kita ambil dalam hidup akan menentukan arah dan kualitas dari kehidupan kita, terutama mengenai apa yang kita pandang penting dan berharga. Apa yang paling kita anggap berharga di dunia ini akan membuat kita fokus untuk mengejarnya hingga sampai kita mendapatkannya. Kita akan rela untuk berjuang mati-matian hanya untuk mengejar apa yang disebut “harta”. Konteks “harta” mengandung makna yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang diartikan kekayaan/ uang/ materi, jabatan atau hal yang berharga lainnya.
Di dalam kutipan ayat diatas secara jelas bahwa sebuah harta memiliki hubungan dengan keberadaan hati kita. Seringkali kita dapati beberapa orang menganggap harta berharganya adalah uang. Maka orang tersebut akan mengerahkan energinya, dan mengorbankan semuanya hanya demi “uang”. Atau mungkin contoh lainnya, ada yang menganggap harta berharganya ada jabatan. Maka orang tersebut akan berjuang mati-matian untuk mendapatkan jabatan dan mempertahankannya. Walaupun ia harus sikut kiri dan kanan untuk bisa meraih apa yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga.
Ingatkah kita bahwa kita lahir dan mati tak akan pernah membawa apa-apa?
Oleh sebab itu tidak heran jika Yesus mengingatkan kepada kita untuk tidak sibuk mengejar hal-hal yang hanya sementara saja sifatnya, apalagi jika hal tersebut didasari hal yang keliru seperti iri hati, cemburu, atau hanya sekedar ingin bersaing dengan orang lain.
True success is attained when the people closest to us love and respect us the most. We tend to think of success in terms of results when it actually depends far more on relationships. Winning in life means Winning with People.
John Maxwell
Seperti ungkapan dari John Maxwell, beliau meredefinisi ulang tentang makna kesuksesan. Saya sendiri menginginkan untuk memiliki hidup yang tidak sekedar sukses saja, namun ingin memiliki kehidupan yang bermakna. Hidup yang bermakna di dapat saat hidup kita dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Dari beliau akhirnya saya boleh terinspirasi. Bagi beliau, kesuksesan yang sejati dicapai pada saat orang-orang terdekat dengan kita mencintai dan menghormati kita.
Di zaman sekarang banyak orang sukses lebih bangga dengan apa yang mereka peroleh dalam pencapaian mereka di dalam pekerjaan, dan lain-lain. Tapi tak ada yang membanggakan dengan kesuksesan apa yang mereka raih di dalam sebuah hubungan bersama keluarga mereka. Harta sesungguhnya adalah harta yang tak dapat kita bisa beli dengan uang/ harta benda. Lewat topik di jurnal kali ini, akhirnya membuat saya merenungkan kembali untuk menemukan harta yang sesungguhnya bagi hidup saya : keluarga, iman, damai sejahtera, sukacita, hikmat, kesehatan, nilai hidup (value).
1. Keluarga
Dulu saya termasuk golongan orang yang menganggap pekerjaan dan uang merupakan harta yang berharga bagi hidup saya. Dan akhirnya membuat saya lebih mengutamakan pekerjaan dan uang dan mengesampingkan hubungan bersama keluarga. Dan itu membuat hubungan saya bersama keluarga menjadi berkurang dalam waktu kami bersosialisasi.
Saya keliru untuk menaruh prioritas/ sesuatu yang penting dan berharga bagi hidup saya. Untuk itulah akhirnya saya menyadari kesalahan saya, dan melalui kutipan John Maxwell akhirnya telah menyadarkan saya bahwa keluarga adalah harta yang berharga buat hidup saya.
Apa untungnya saya dihormati, dirayakan, disanjung karena prestasi/ pencapaian saya di luar rumah, sementara tidak ada yang menghormati dan merayakan saya di rumah. Apakah hal ini bukankah menjadi sesuatu hal yang ironis ?
Saya tidak mau kesuksesan yang saya raih hanya dirasakan oleh orang-orang di luar rumah, sementara keluarga saya sendiri tidak merasakan dampak kesuksesan yang saya raih.
Banyak orang di luar sana lebih mengutamakan kesuksesan dalam pekerjaan mereka, pelayanan mereka hingga akhirnya harus mengorbankan sebuah hubungan bersama orang-orang terdekat mereka dan Tuhan. Namun dari situ akhirnya membukakan pikiran saya tentang sebuah pelayanan. Tidak semua orang yang melayani memiliki sebuah hubungan bersama Tuhan. Namun orang yang memiliki hubungan bersama Tuhan, suatu hari orang tersebut pasti akan melayani.
Seperti dalam kisah Maria dan Martha. Melakukan pelayanan di gereja bukanlah hal yang salah. Namun kita harus memiliki keseimbangan. Tujuan yang Tuhan mau untuk kita lakukan adalah memiliki sebuah “hubungan” pribadi denganNya.
Memiliki jadwal kegiatan pelayanan yang padat akhirnya membuat kita sibuk dan tidak memiliki sebuah hubungan merupakan sebuah hal yang ironis dan Tuhan tidak menghendaki hal itu terjadi di dalam hidup kita.
Orang yang melayani Tuhan belum tentu memiliki hubungan dengan Yesus, tetapi orang yang mempunyai hubungan dengan Yesus pasti akan melayani suatu hari.
Saya percaya bahwa Tuhan mau kita diberkati dalam semua aspek. Namun seringkali kita tidak mampu untuk mengelolanya dengan baik, sehingga membuat kehidupan yang kita jalani menjadi tidak seimbang.
Walau saya boleh ada bukan di keluarga yang berlimpah secara harta kekayaan, namun saya bersyukur boleh ada di dalam keluarga yang secara tidak langsung membentuk kepribadian saya. Saya bersyukur mereka mengasihi saya.
Lewat keluarga saya, akhirnya saya boleh belajar sebuah pembelajaran hidup, kita bisa membeli rumah yang besar dan mewah, dengan mobil yang tercanggih sekalipun namun jika di dalam rumah tersebut tidak ada kerukunan antar satu dengan lainnya, apalah arti dari semuanya?
Mungkin saya bisa makan makanan yang lezat sekalipun, dengan menu yang saya mau namun jika dalam satu meja makan tidak ada komunikasi dan kehangatan antar satu dengan lainnya, apalah arti dari itu semua?
Jika sampai hari ini saya masih boleh memiliki papa mama, dan saudara itu sebagai kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada saya untuk menikmati harta berharga yang saya miliki. Dulu memang yang membuat saya harus mengesampingkan keluarga yang saya miliki, karena melihat ketidaksempurnaan di dalam keluarga saya. Namun di dalam ketidaksempurnaan itu sendiri, akhirnya Tuhan mulai mengajak saya untuk melihat dari sisi yang lain dan tidak memfokuskan diri kepada ketidaksempurnaan itu sendiri.
Ada yang membekas dalam ingatan saya, saat kedua orang tua saya sangat bersemangat pada saat saya pulang ke rumah, setelah sekian bulan saya harus meninggalkan mereka karena pekerjaan. Raut wajah yang penuh kasih dan haru selalu membekas di ingatan saya sampai hari ini.
Hal-hal diatas inilah yang akhirnya menyadarkan saya kembali tentang harta yang sesungguhnya yang saya miliki. Sebab ada beberapa teman saya yang berhasil dan sukses dalam usaha mereka, namun saya mendapati diri mereka tidak bahagia dengan apa yang mereka miliki, dan salah satunya karena mereka memiliki keluarga yang berantakan. Dan dalam hubungan bersama keluarganya tidak terjalin dengan penuh kehangatan dan kerukunan.
2. Iman, Damai Sejahtera & Sukacita
Beberapa orang mungkin sudah tahu sedikit tentang perjalanan saya dalam membangun bisnis saya. Saya mengalami dua kali kegagalan hingga mengalami kebangkrutan. Parahnya beberapa kali harus ditipu client, karena mereka kabur di tengah-tengah proyek desain yang saya kerjakan.
Jika dipikir-pikir kembali pada saat ini. Bagaimana saya bisa melalui semuanya? Karena angka nilai yang saya harus tanggung kerugian bukanlah angka yang sedikit. Namun akhirnya saya menyadari bahwa karena Tuhan yang memampukan saya untuk bisa melalui semuanya.
Saya masih memiliki iman, karena imanlah yang membuat saya memiliki pengharapan. Karena iman yang akhirnya membangkitkan pengharapan saya untuk bangkit dari kejatuhan saya.
Damai sejahtera merupakan kompas yang saya pakai untuk mengambil keputusan dengan benar. Karena saya percaya kehendak Tuhan selalu disertai dengan damai sejahtera Allah.
Sukacita adalah salah satu bagian dari harta sesungguhnya yang saya miliki. Karena dengan sukacita saya memiliki kekuatan untuk menjalani hari-hari saya. Sukacita inilah yang akhirnya melahirkan antusiasme saya di kala mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang saya lakukan.
Dari kehidupan yang saya miliki menjadikan saya merefleksikan kehidupan saya kembali. Saya boleh mengalami kegagalan dalam usaha, ditipu dengan kerugian yang tidak kecil, namun karena saya memiliki iman, damai sejahtera, dan sukacita maka saya akan bisa mendapatkan semua yang hilang itu kembali. Dan Puji Tuhan! Hal itu menjadi kenyataan, bahkan melebihi dari apa yang sudah hilang itu sendiri.
Tidak heran kenapa iblis selalu berupaya untuk mencuri ketiga yang saya miliki. Karena di saat saya tidak dapat mempertahakan iman, sukacita, damai sejahtera tentunya hidup yang saya jalani sangatlah berat dan tidak berpengharapan lag
3. Hikmat
Salah satu yang menjadikan saya gagal dalam membangun bisnis saya, adalah karena saya tidak menggunakan dan meminta hikmat Tuhan untuk menuntun saya. Memiliki pengetahuan tanpa memiliki hikmat tentunya kita tidak akan dapat menjalani kehidupan ini dengan baik. Pengetahuan ada karena sebuah riset dan pengalaman yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus, dan sifatnya sudah dipelajari. Namun hikmat datangNya dari Tuhan, dan bersifat tuntunan yang akan mengarahkan kepada kita tentang suatu hal yang ada di depan kita. Tuhan ingin kita tidak hanya bisa untuk menerima berkatNya saja, namun Ia mau kita dapat menjadi sang pengelola berkatNya. Tanpa memiliki hikmat, agak susah kita bisa mengelola apa yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Justru lewat hikmat Tuhan yang akhirnya boleh menuntun saya, menolong saya pada saat saya bertemu dengan masalah kehidupan, dan akhirnya memampukan saya untuk melewati setiap perkara yang datang di dalam kehidupan. Dan permulaan datangnya hikmat dimulai dari “rasa takut kepada Tuhan”. Takut disini lebih diartikan kita hormat kepada Tuhan. Dan kita mengizinkan Tuhan ambil kendali dalam kehidupan kita. Untuk itulah yang menjadikan hikmat Tuhan sebagai harta yang berharga dan penting di dalam kehidupan saya.
4. Kesehatan
Dalam kehidupan, Tuhan tidak hanya ingin kita memiliki hidup yang diberkati saja, namun Tuhan mau kita memiliki kuasa untuk menikmati setiap berkat yang Tuhan berikan. Namun sayangnya banyak sekali orang harus membanting tulang bekerja, dan akhirnya berhasil kaya. Sayangnya ia tidak bisa menikmati hasil dan usahanya. Uang yang dikumpulkannya akhirnya harus dihabiskan untuk mendapatkan sesuatu yang dikorbankan, yaitu kesehatan.
Sobat, tentunya Tuhan ingin kita memiliki hidup yang seimbang. Kita tidak bisa memfokuskan diri kita kepada satu aspek saja. Tuhan mau kita memiliki hidup yang di berkati dalam segala hal, akan tetapi kita sendiri yang tidak mampu untuk dapat mengelolanya dengan baik.
Kesehatan merupakan harta yang berharga dan penting. Karena kesehatan tidak dapat bisa kita beli dengan uang. Seperti yang saya bahas diatas, bahwa banyak orang harus mengorbankan segalanya, termasuk kesehatan hanya demi untuk mencari uang. Kerja keras dalam kehidupan itu perlu, tapi jangan sampai kita mengesampingkan salah satu harta yang berharga yang Tuhan mau berikan kepada kita. Apalah artinya kita memiliki kekayaan yang berlimpah, jika kita memiliki tubuh yang sakit-sakitan akhirnya kita tidak mampu untuk menikmatinya?
5. Nilai Hidup (Value)
Bagi saya, nilai hidup (value) sangatlah penting dan merupakan harta yang berharga di dalam hidup saya. Karena nilai hidup adalah dasar dari sebuah karakter yang saya miliki. Dengan memiliki nilai yang baik, tentunya kita boleh mengenal kebenaran. Bukankah kebenaran itu yang akan memerdekakan kita. Satu hal yang mesti kita ingat, bahwa kita harus memiliki dasar-dasar kebenaran untuk dapat memiliki nilai hidup yang benar, yaitu dengan dasar kebenaran Firman Tuhan. Dari nilai inilah yang secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap kita yang akan menjadi sebuah “karakter” yang kita miliki.
Harta yang Sesungguhnya tidak berasal dari kepemilikan atau pencapaian kita, tetapi ada dari nilai yang dihidupi dan diteruskan kepada generasi berikutnya.
Demikian lima poin yang saya bahas tentang harta sesungguhnya yang saya miliki. Namun akhirnya dengan berjalannya waktu menjadikan saya berpikir kembali. Memiliki kelima poin diatas itu baik, namun ada yang jauh lebih baik dan berharga untuk dapat saya kejar, yaitu memiliki Tuhan dalam kehidupan saya. Saya menyadari sesungguhnya harta yang berharga di dalam kehidupan saya adalah memiliki Tuhan. Tidak salah kita mencari apa yang ada di tanganNya, namun jangan sampai kita lupa untuk mengenal pribadiNya. Mengenal pribadiNya ini juga dapat diartikan memiliki hatiNya. Bagaimana kita dapat mengenal pribadiNya? Hanya dengan mencari wajahNya dan membangun sebuah hubungan kepadaNya.
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Berkat yang Tuhan berikan kepada kita sifatnya bisa habis. Namun tak ada yang dapat mencuri “kasih” Tuhan kepada saya. Masalah & beban hidup akan terus ada selama kita hidup, namun hal itu pasti akan kita mampu tanggung selama kita memiliki Tuhan dalam kehidupan kita. Kelima poin diatas (iman, sukacita, damai sejahtera, value, keluarga,kesehatan) itu sebenarnya adalah sebuah “akibat” dari sesuatu proses yang sudah kita lakukan. Tapi jangan sampai kelima hal tersebut dijadikan sebagai sebuah motivasi/ tujuan utama kita mengapa kita harus memiliki sebuah hubungan bersamaNya.
Kelima poin diatas pun sebenarnya bisa dapat dicuri oleh “si pencuri kehidupan” jika kita tidak dapat mengelola atau lengah untuk menjaganya. Selalu ada saja cara yang akan dilakukan si pencuri (iblis) untuk membuat kita lengah dengan harta yang sesungguhnya yang Tuhan mau kita miliki.
Sobat, tujuan Tuhan menciptakan manusia sesungguhnya adalah karena Tuhan ingin memiliki sebuah “hubungan”. Tuhan mau kita dapat menjadi rekan sekerja denganNya. Makanya jangan heran bahwa ada pernyataan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan spesial. Malaikat pun diciptakan tidak seistimewa Tuhan menciptakan kita sebagai manusia. Walaupun Tuhan sendiri tahu ada banyak orang yang mengikut Dia hanya untuk mengejar apa yang ada di tanganNya saja. Tapi Tuhan tak pernah menyesal untuk menciptakan kita sebagai manusia, walaupun beberapa manusia lebih tertarik dengan apa yang ada di tanganNya, di banding tertarik untuk membangun sebuah hubungan bersamaNya.
Saya menyadari bahwa di sekitar kita banyak orang mengaku pengikut Kristus, namun dalam kehidupan sehari-hari belum pernah mengalami Kristus hidup dalam dirinya. Sungguh sayang sekali jika dalam pengiringan kita bersama Tuhan sekian puluh tahun lamanya hanya mengenal Yesus dari apa kata orang, namun belum pernah mengalami Yesus secara langsung di dalam kehidupan.
Marilah melalui jurnal kali ini, boleh memberkati dan menginspirasi sobat semua untuk menemukan apakah harta yang sesungguhnya itu dalam kehidupan kita.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.