Ada sebuah kisah tentang seorang pria yang memiliki masalah dalam dirinya, hingga ia harus pergi ke psikiater untuk membantunya mengatasi permasalahan dalam kejiwaannya. Pria ini mendapati dirinya untuk susah dan gundah gulana dalam hatinya. Lalu sang psikiater dengan sabar berusaha membantu untuk mengobati sang pria ini, pria ini merasa ia tidak bahagia dalam hidupnya. Sampai akhirnya sang psikiater menyarankan pria ini untuk pergi ke tempat pertunjukan sirkus yang terkenal di kota itu, karena disana terdapat pertunjukan badut yang amat lucu, dan banyak sekali orang-orang terhibur, bahkan orang yang mengalami kesusahan hidup saja bisa dibuat tertawa oleh si badut tersebut. Lalu sehabis sang psikiater menyarankan hal tersebut, pria ini berkata bahwa dirinya adalah sang badut yang dimaksudkan itu.
Memang kisah diatas tentunya banyak kita jumpai di sekeliling kita, ada banyaknya orang mencari kebahagiaan dalam hidup. Namun tak semua orang berhasil untuk menemukannya. Seakan-akan kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang sangat sulit untuk ditemukan. Jika kita perhatikan kembali di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri, apa yang sebenarnya setiap orang kejar atau cari di dalam hidup ini? Apakah uang, prestasi, popularitas? Namun sadarkah kita, bahwa tujuan akhir yang kita inginkan itu adalah perasaan untuk menjadi bahagia?
Memiliki uang, popularitas dan prestasi adalah sebuah saran yang digunakan untuk mengejar kebahagiaan. Tapi apakah benar dengan memiliki ketiganya dapat menjamin kita untuk bahagia. Tentunya kita tahu tentang Marylin Manroe, seorang bintang film yang terkenal, memiliki uang yang berlimpah, dan prestasi yang mengagumkan, namun ternyata ia tak sanggup memiliki kebahagiaan di dalam hidupnya. Dengan kedua kisah diatas inilah yang akhirnya membuat saya berpikir dan merenungkan kembali tentang apakah kebahagiaan yang sesungguhnya itu?
Sobat, ketahuilah bahwa benda-benda materi (uang, prestasi, popularitas) tidak dapat menjamin kita untuk bahagia, mereka hanya dapat memberi kepada kita kenyamanan dan kenikmatan, namun bukan kebahagiaan. Kitalah yang harus membuat pilihan untuk menjadi bahagia.
Kebahagiaan datang dari dalam diri kita, artinya kita sendiri yang memutuskan untuk bahagia. Jika seseorang tidak mampu menemukan kebahagiaan di dalam dirinya sendiri, maka ia tidak akan pernah dapat menemukannya di tempat lain. Namun sayangnya beberapa orang, atau kita sendiri mencari kebahagiaan di tempat yang kita pikir kita dapat menemukan kebahagiaan itu. Namun semuanya ternyata sebagai sesuatu usaha yang sia-sia belaka.
Kita perlu menyadari bahwa kebahagian tidak perlu untuk dikejar, karena kebahagiaan sesungguhnya ada di dalam hati kita. Sebenarnya beberapa orang sulit merasakan kebahagiaan karena aturan-aturan yang mereka buat sendiri di pikiran mereka sehingga menjadi suatu standart yang tinggi.
Hal ini banyak kita jumpai, saat mereka berkata “Saya bahagia, jika saya memiliki uang miliaran rupiah”. “Saya bahagia saat saya tidak memiliki masalah seperti ini”. Saya yakin siapapun yang memiliki aturan atau konsep berpikir seperti ini, orang tersebut tidak akan pernah bahagia. Karena pastinya selama kita hidup kita pasti memiliki masalah. Dan aturan seperti ini selain mustahil dicapai hal itu juga di luar kendali kita. Bukankah lebih baik kita berpikir, “Saya bahagia karena saya memutuskan hidup saya untuk bahagia”, “Saya bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang, oleh sebab itu saya merasa bahagia”
Sobat, kita sebenarnya yang bisa menetapkan aturan yang memberikan kemudahan kita untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan jangan sampai sesuatu yang ada di luar kendali kitalah yang menentukan diri kita untuk bahagia.
Seperti yang saya tuliskan diatas tentang mencari kebahagiaan diluar kendali kita. Kita sebagai manusia seringkali menyangka kita dapat mengandalkan kekuatan diri kita sendiri atau diri orang lain untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Ada yang mengandalkan orang kaya, mengandalkan orang berkuasa, mengandalkan orang berkedudukan karena kita berpikir dengan kita dapat memiliki orang-orang tersebut, maka orang tersebut sanggup memberikan pertolongan dan memberikan kebahagiaan sejati kepada kita.
Kita tidak perlu untuk menunggu kaya jika kita ingin menjadi bahagia, namun kita membutuhkan bahagia terlebih dahulu sebelum menjadi kaya.
Sebab jika kita belum memilih untuk bahagia sekarang, mungkin saja nanti kita saat kita memiliki banyak hal yang kita inginkan kita akan tetap saja belum merasa bahagia. Makanya jangan pernah heran jika kita mendapati banyak orang kaya namun mereka belum dapat menemukan kebahagiaan di dalam hidupnya. Mereka tidak dapat menikmati kebahagiaan lewat kekayaan yang mereka miliki.
Sobat, selama kita hidup, ketahuilah kebahagiaan tidak akan pernah bisa kita peroleh menginginkan kebahagiaan dan berkat yang orang lain peroleh dan akhirnya menjerumuskan kita untuk selalu membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Bukankah membanding-bandingkan sebagai salah satu kebiasaan yang tidak bijak untuk dilakukan?
Comparison is the thief of joy
Selain kebahagiaan sebagai keputusan diri kita sendiri. Kebahagiaan juga datang pada saat kita menemukan kebahagiaan di dalam kebahagian orang lain punya. Kita dapat memiliki hidup yang dapat memberkati orang lain. Karena dari situlah kita dapat menjadi orang yang paling berbahagia. Seperti ungkapan, jauh lebih berbahagia orang yang memberi daripada menerima. Memiliki gaya hidup untuk “murah hati” juga akan mendatangkan kebahagiaan sesungguhnya bagi hidup kita.
Kebahagiaan yang sesungguhnya terpancar dari kehidupan yang memberi. Ketika kita mulai memberi dengan tulus hati, di saat itulah, kita peroleh kebahagiaan yang hakiki.
Dari beberapa tulisan diatas, juga menunjukkan bahwa ternyata kebahagiaan bukan terletak pada apa yang kita punyai, melainkan dari apa yang mampu kita beri. Semoga jurnal kali ini boleh dapat membukakan pikiran kita semua untuk mengenal tentang kebahagiaan yang sesungguhnya.
Selamat Berbahagia!
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.