Memulai dari Apa yang Ada

Start where you are. Use what you have. Do what you can. – Arthur Ashe.

Dalam jurnal kali ini, saya ingin berbagi kisah pembelajaran hidup yang saya alami. Untuk memulai bangkit dari dua kali jatuh dalam kegagalan bisnis tentunya bukan perkara mudah untuk saya jalani. Oh ya untuk memperjelas jurnal ini sebelum sobat membaca kelanjutnya, izinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya bekerja sebagai perancang grafis (desainer) yang berfokuskan pada branding, desain logo, dan identitas merk. Mengapa saya harus mengalami kejatuhan dalam bisnis saya? Salah satunya karena kebodohan saya untuk menginginkan sukses yang instan, dan ambisi yang ngawur membuat saya harus jatuh dalam kegagalan berbisnis. Karena kegagalan yang terjadi hingga dua kali membuat saya harus mengalami kebangkrutan. Ada beberapa sebuah pelajaran hidup yang saya ambil dari kesalahan saya, yaitu tentang ketamakan, kesombongan, dan keangkuhan hidup. Oleh karena saya lupa bahwa sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil, akhirnya saya menghabiskan uang modal yang notabene hasil pinjaman modal dari orang tua kepada sesuatu yang tidak jelas. Dengan tidak memiliki modal mental yang cukup untuk membangun usaha, merasa hebat dan memiliki prestasi membuat saya menjalani sebuah usaha bisnis dengan tidak memiliki sebuah perhitungan yang jelas. Dari situ akhirnya saya menyadari bahwa uang, potensi tidaklah cukup untuk dapat membangun sebuah bisnis. Karena dibutuhkan karakter & sikap yang matang dan benar untuk dapat membangunnya. Akhirnya lewat kegagalan tersebut mengantarkan saya kepada sebuah pelajaran hidup yang berharga.

Saya menyadari kesalahan saya, salah satunya adalah tidak melibatkan Tuhan dalam membangun usaha studio desain yang saya miliki. Hingga sampai akhirnya saya harus menanggung apa yang saya lakukan. Saya memulai semua dari awal, dengan modal “nol”. Saya bertobat dari kesalahan saya.

Putus asa pernah saya alami, hingga ada di sebuah titik saya sempat berpikir pengharapan sudah tak ada lagi bersama saya. Padahal kalau dipikir-pikir kembali semua karena kesalahan saya sendiri. Dan dari modal “nol” inilah yang akhirnya mengantarkan saya untuk membangun ulang kehidupan saya, dengan belajar sebuah pelajaran kehidupan “memulai dari apa yang ada”

Kesalahan di masa lampau membuat saya menjadi pribadi yang lebih hati-hati dalam melangkah ke depan. Mulai melibatkan Tuhan sebagai “THE BIG BOSS” dalam kehidupan saya. Saya pikir dengan saya memiliki uang modal yang cukup, maka saya akan berhasil membangun bisnis saya. Saya terlalu naif memandang membangun bisnis bukanlah sebuah perkara yang sulit. Namun hal itu ternyata salah. Saya di ajar untuk melakukan apa yang ada di tangan saya. Melakukan apa yang ada di tangan saya itu berarti memaksimalkan apa yang saya punya. Memulai dari apa yang ada itu bukan berarti saya hanya berpasrah dan membiarkan semuanya serba pas-pasan. Tapi saya harus dapat mengembangkan apa yang ada itu.

Saya belajar untuk setia kepada hal-hal yang kecil, karena hal-hal kecil inilah yang akhirnya akan mengantarkan saya untuk dipercaya mengerjakan perkara yang lebih besar. Salah satu kunci mengapa saya boleh dipercayakan mengerjakan project-project desain dan menjadi pembicara hingga sampai ke luar negeri adalah saya belajar untuk setia dengan apa yang saya punya. Bahkan lewat sesuatu yang kecil tersebut, Tuhan telah mengizinkan saya untuk dipercaya mengerjakan perkara- perkara yang besar dan tak pernah saya pikirkan sebelumnya.

Memulai dari apa yang ada itu sebagai salah satu wujud kita mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepada kita.

Jangan anggap remeh apa yang ada di tangan kita, karena Tuhan bisa melipat-gandakan apa yang kelihatannya itu sepele atau kecil. Terus setia dengan apa yang Tuhan percayakan.

Memang terkadang secara naluri manusia, saya menginginkan untuk mendapatkan proyek lebih besar (karena hasil melihat rumput tetangga lebih hijau – hal ini diharapkan jangan ditiru), namun saya selalu diingatkan untuk selalu mengerjakan apa yang ada di tangan saya secara maksimal (excellent).

Excellent itu bukan berarti menjadi sempurna atau terbaik dari yang terbaik. Saya gak mengatakan diri saya sebagai desainer yang terbaik atau mungkin memiliki skill yang terbaik, namun yang dapat saya lakukan hanya melakukan yang terbaik yang saya mampu lakukan dan berusaha seoptimal mungkin untuk mengembangkannya. Excellent dapat diartikan melakukan yang terbaik seperti versi diri kita sendiri. Mulai tidak membandingkan diri dengan apa yang orang lain punya, namun memulai untuk menjadikan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Keadaan saya hari ini harus jauh lebih baik dari hari kemarin, dan keadaan besok harus lebih baik dari hari ini.

Nilai-nilai hidup diatas inilah yang sampai hari ini saya terus hidupi. Saya tak bisa bayangkan sebelumnya, jika saya tidak mengalami kegagalan/ kejatuhan pada saat itu. Mungkin ceritanya akan berbeda. Saya menjadi pribadi yang sombong, serakah dan akhirnya melupakan Sang Pencipta. Tapi lewat pelajaran hidup yang saya lewati, akhirnya boleh membukakan mata saya bahwa Tuhan sangat mengasihi saya dengan apa adanya, dan lewat kejadian terburuk sekalipun Tuhan dapat mengubahnya menjadi sebuah kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia.


Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya.

Roma 8:28 (BIS)

1 reply to Memulai dari Apa yang Ada